Melihat hasil pemilu beberapa waktu yang lalu menuntut para kader dakwah untuk terus melipatgandakan kerja-kerja dakwah lebih keras lagi. Salah satu upaya tersebut dengan menambah pasukan dari generasi muda. Karenanya, para kader dakwah sudah semestinya memaksimalkan program satgas pembinaan anak anggota yaitu melalui keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dari bangunan negara menjadi kontributor terbesar bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Islam sebagai agama dakwah sangat mendorong pemeluknya untuk menyebarkan ajaran Islam kepada umat. Sebagaimana tercantum dalam alquran, diperlukan adanya penerus untuk melakukan amar makruf nahi munkar. Islam pun sebagai agama keluarga. Pembentukan umat terbaik dimulai dari keluarga, karenanya keluarga harus memiliki cita-cita untuk pembentukan umat terbaik.
Oleh karena itu, dalam upaya pembentukan umat tebaik melalui keluarga diperlukan beberapa pemahaman yang komprehenship agar terwujud anak-anak sebagai pewaris dakwah.
Pertama, anak adalah amanah. Anak adalah amanah orang tua. Hatinya masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Anak siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka anak akan menjadi baik. Pun, sebaliknya.
Kedua, tanggung jawab pendidikan dan pengasuhan anak. Tanggung jawabnya ada di pundak orang tua. Hal ini telah ditegaskan dalam firman Allah SAW, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim : 6).
Ketiga, pembinaan dan pendidikan adalah hak anak. Orang tua wajib menunaikan hak anak sebagaimana anak wajib menunaikan hak orang tua. Allah SWT berfirman, “Dan kami berwasiat kepada manusia agar berlaku baik terhadap orang tuanya.” (QS Al Ankabut : 7).
Memahami Problematika Anak
Penanganan yang tepat terhadap anak yang mempunyai keistimewaan akan membuat anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak adalah ujian, karenanya doa orang tua sangat penting untuk keberhasilan anak. Kegagalan orang tua kadang terjadi karena orang tua terlalu keras dalam mendidik anak.
Anak akan tumbuh dan berkembang sesuai bakatnya. Orang tua harus menyadari bahwa semua itu adalah tanggungjawab kita. Tugas kita selaku kader dakwah (dai) adalah menolong agama Allah, sehingga Allah yang akan menjaga anak-anak kita.
Sebagai orang tua, kita harus sabar menghadapi anak-anak, dalam kondisi apapun anak kita tidak boleh malu dan menerima anak seutuhnya. Di sinilah kita selaku orang tua mesti memahami problematika anak. Apalagi di era modern. Dalam membina anak (gen Z) pun jangan monoton. Dibuat happy dan dibuat formula yang menarik dengan memperhatikan pengembangan diri dan melihat potensi tiap anak.
Mejadi Orang Tua Bijak
Islam mengajarkan kepada orang tua agar mendidik anak dengan penuh cinta. Bimbinglah anak dengan mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki. Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik telah meneladankan dalam mendidik anak. Didiklah anak dengan tiga hal, yaitu mencintai Nabi, mancintai Ahlul Bait, dan mencintai Al-Quran.
Orang tua harus menjaga fitrah anak. Tidak sedikit anak tidak betah berlama-lama bersama orang tua akibat dari sering bertengkar, dan tidak saling menghargai. Akibatnya anak tidak respek terhadap orang tua.
Orang tua yang sibuk harus mempunyai tabungan cinta. Sediakan waktu khusus untuk membersamai anak. Orang tua harus siap mengorbankan waktunya demi anak. Anak memberontak karena tidak menemukan figure dan gambaran seorang dai di rumahnya.
Orang tua harus menjadi idola bagi anaknya, sehingga anak tidak menjadi follower pelaku kemaksiatan. Hendaknya ayah dan ibu bisa menjadi teladan. Ayah memiliki peran strategis dalam mengembangkan kepribadian anak. Menanamkan adab dan sopan santun kepada anak, baik di media sosial maupun dunia nyata. Ajarkan untuk bersikap ramah, berbicara jelas dan tenang.
Jangan terlalu permisif dengan kesalahan anak. Apabila anak melakukan kesalahan, kita sebagai orang tua boleh memberikan sanksi dengan cara yang tidak frontal. Didiklah anak dengan lemah lembut, penuh kasih sayang dan dengan pembiasaan yang baik.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita sebagai orang tua dan sebagai kader dakwah agar mampu mendidik anak seperti yang diteladankan Nabi SAW sehingga anak siap menjadi pelanjut dakwah. Amin.
oleh Hj. Siti Mahmudah (Anggota DPRD Kuningan Dapil 2)